Sabtu, 30 Januari 2010


Curahan Hati, 20 november 2007

Kisah ini berawal dan didedikasikan dari kenangan saya untuk sang kekasih yang tidak pernah marah ketika saya injak-injak. Kekasih gelap sejatiku yang aku beli seharga 10000 saja.

2 minggu kaki saya berada dalam dark age. Luntang-lantung tidak karuan. Yang saya lakukan adalah meminjam sandal dari teman kost yang satu ke teman kost yang lain, yang tiga dan yang lain.

Selama itu saya berada dalam kebodohan, sandal kesayanganku yang berwarna belang hijau putih sudah mati, tubuhnya tidak karuan dan talinya putus. Karena malu selalu meminjam, saya pun sempat melirik-lirik sandal didepan masjid, siapa tahu ada salah satu jenis sandal yang menarik hati. Jika ada saya akan mengingat-ingatnya dan membeli sandal yang seperti itu. Saya bukan sliper si pencuri.

Akhirnya saya memutuskan untuk meluangkan waktu membeli sandal ke sebuah toko. Ketika saya melihat jejeran sandal-sandal yang begitu indah, saya menjadi hancur dan patah hati tatkala melihat harga yang tertera dilabelnya. Semuanya diatas kepala 5. kamu tahu apa artinya itu? 50 ribu bagi saya adalah sama dengan berpuasa selama 5 hari. Terlalu lama untuk ukuran seseorang yang hanya diliputi tulang dan kulit seperti saya.

Akhirnya saya beranjak kewarung didekat kostan. Sayapun membeli sepasang sandal cantik berwarna hitam, dikaret talinya ada cap burung kepinis yang tidak pernah terbang dari situ, cap burung itu diam, ketinggalan jaman dan tidak ada unsur ITnya disitu. Jujur sebagai anak jurusan ilmu komputer saya malu memakainya. Harganyapun murah, cukup 10.000 saja saya sudah mendapatkan dua buah, padahal saya hanya membeli satu saja akan tetapi pedagang diwarung memberinya dua buah, sungguh beruntung saya. Andai saja saya memiliki sandal yang bisa berubah menjadi transformer maka alangkah bahagia dan lebih beruntung lagi, tapi itu tidak pernah terjadi.

3 hari pun sudah berlalu, dimalam yang keempat saya bermaksud untuk mengirimkan tugas lewat e-mail kepada salah satu dosen tercinta. Sebelum masuk kedalam warnet seperti biasa saya tidak lupa untuk membuka alas kaki saya terlebih dahulu dan masuk menanyakan kepada operator warnet apa masih ada komputer yang kosong.Dan ternyata memang tidak ada komputer yang kosong disitu, semua komputer berisi prosessor, ram, power supply dan lain sebagainya. Kendatipun begitu operator bodoh itu tetap mengatakan ada komputer yang kosong.

Akhirnya tugaspun telah selesai saya kirimkan, ketika sudah selesai membayar ongkos warnet dan melangkahkan kaki keluar pintu warnet jantung sayapun mulai berguncang. Sandal cantik saya berubah!!. Warnanya tetap gelap dan hitam, berbeda dengan ranger pink yang berubah dari wanita berkulit putih. Rupanya sandal saya yang baru dan mengkilap itu raib, ada orang yang menukarnya dengan sandal yang sudah jelek dan tak karuan. Hati saya hancur bukan main.

Itu belum seberapa, ketika saya tiba didepan kamar kost sandal jadi-jadian itupun putus. Maka putus lah harapanku untuk membeli sandal yang cantik kembali. Dan akhirnya saya menjadi manusia yang diliputi kebodohan dan meminjam sandal dari teman kost yang satu keteman kost yang dua, yang tiga dan yang lain.


Curahan Hati, 4 Januari 2010

Barusan saya membuka-buka file lama, dan menemukan sebuah curhatan yang pernah saya tulis. Ketika membaca kembali curhatan tersebut pikiran saya pun berkata, “Oh tidak solasido, ternyata tulisan saya itu jelek banget, garing dan kurang nyeni banget”.

Namun hitung-hitung menambah banyak artikel di blog ini, akhirnya saya memberanikan diri juga untuk mempostingnya. Bagi kawan yang mempunyai waktu luang, mungkin tertarik dengan cerpen saya ini. Hehehehehh. jangan ngetawain ya, coz jelek banget..

---------------------------------------------------------------

"17 maret 2007"

Di hari ketika hujan baru saja reda aku berdiri dipinggiran jalan raya. Mataku menjalar mengikuti arus kendaraan, kurasakan kesejukan udara kala itu berhembus masuk keparu-paru, polusi tampaknya tercuci air hujan, hari yang indah pikirku. Hari ini adalah hari dimana aku berpakaian rapi, hari dimana aku bersiap-siap untuk pergi menuntut ilmu. Namun hari yang indah kala itu ternyata adalah hari yang menyebalkan bagiku, Beberapa detik kemudian dua orang yang mengendarai sepeda motor melaju didepanku. “ Byur…!!” Roda-roda ban sepeda motor tersebut memutar dengan cepatnya sembari mencipratkan air kotor sisa hujan yang bersatu dengan sampah kemuka, pakaian dan sekujur tubuhku. Akupun terhenyak dan menatap sipengendara yang dengan enteng dan rasa yang seakan tak bersalah begitu mudahnya tersenyum seolah-olah menyejek dan sengaja untuk menyakiti aku.

Hah, aku merenung sejenak. Sebuah hari yang silam dan jauh, namun hatiku masih saja dengan dekat tak mampu menahan segala kekesalan yang aku rasakan, meskipun hati ini menaruh dendam sudah kubulatkan untuk memaafkan segala tingkah setiap orang yang menyakitkan hati. Akan kubangun awal yang benar-benar baru, dan kusimpan semua pelajaran yang kudapatkan diwaktu-waktu dahulu.

Menit-menit berlalu, daun-daun gugur menemani aku yang terduduk sembari mencoba melupakan kejadian yang meski tak mampu untuk kulupakan, daun-daun berguguran, seiring dengan bergugurannya daun-daun akan kucoba pula menggugurkan perasaan dendamku kepadanya…
Sambil menahan perasaan kesal itu, penaku ku kugoreskan kembali dibuku catatan, tersirat dibenaku bayangan hari itu.

“22 april 2007”

Sungguh, hari ini aku merasa sangat lega tatkala sebuah tugas yang sangat sulit telah berhasil kuselesaikan, kini siap untuk diberikan sebagai pertanggung jawabanku kepada dosen. Tugas yang berupa berlembar-lembar kertas itu berada digenggaman kedua tanganku, bibirku tersenyum meski pikiranku masih merasakan sisa-sisa kelelahan begadang semalaman untuk menyelesaikan tugas melelahkan ini. Sedikit saja terlambat memberikan tugas ini pikirku, maka nilai sebagai prasyarat untuk lulus matakuliah ini akan raib dan segala usaha yang aku lakukan akan sia-sia dan aku akan sampai pada sebuah kesimpulan yang akan kulalui, mengulang mata kuliah tersebut tahun depan.

Lembaran kertas itu kugenggam erat-erat, aku selalu memastikan bahwa lembaran itu berada digenggaman tanganku. Rasa khawatir akan kehilangan benda itu menjalar kesekujur tubuhku, namun mungkin karena sebuah kecerobohanku, beberapa detik dari itu dia berpapasan denganku dan menyenggol tubuhku yang kecil ini, entah disengaja ataupun tidak hingga membuat tugas berupa lembaran-lembaran kertas yang kucoba genggam dengan eratnya tersebut terjatuh ke air comberan. Dengan emosi berkecamuk dan tubuh yang kecil ini, tanpa bisa berbuat apa-apa aku hanya dapat memandangi tugas yang dengan susah payah kubuat, akhirnya telah lusuh dan kotor, rasa kekesalanku bertambah tatkala orang yang menyenggolku tersebut tanpa merasa bersalah tersenyum seolah-olah menghina diriku.

Hah, satu lagi sebuah hari yang silam dan jauh, namun hatiku masih saja dengan dekat tak mampu menahan segala kekesalan yang aku rasakan, meskipun hati ini menaruh dendam sudah kubulatkan untuk memaafkan segala tingkah dia yang menyakitkan hati.

Pena dan catatan dihadapanku kugenggam makin erat dan erat, mungkin rasa kesal dan dendamku akan terobati sedikit demi sedikit… seiring waktu berjalan dengan seiring degup jantung yang semakin berdebar aku akan selalu mencoba mengikuti setiap kata hatiku yang terdalam, meski perih aku rasakan ketika aku kini harus mengulang dan bekerja keras mengikuti matakuliah itu kembali, aku akan mencoba memaafkan segala kesalahannya yang diperbuat kepadaku…

Hari demi hari dia semakin menjadi-jadi, mungkin semua karena sikapku yang selalu diam mematung tak berbuat sesuatu terhadap dirinya meskipun dia selalu membuat diriku memberikan rasa untuk membenci dan tak menyukainya. Ah walaupun begitu aku akan senantiasa bersabar.

“20 mei 2007”

“Adzan berkumandang, Akupun meminum beberapa teguk air mineral sebagai pertanda aku telah selesai melaksanakan puasa sunnah. Aku putuskan untuk melaksanakan shalat magrib berjamaah terlebih dahulu sebelum mencicipi makanan itu. ku taruh makananku diatas kantung tasku.
Shalatpun selesai, jamaah sudah berhamburan keluar dari dalam mesjid. Dengan senang hati aku bermaksud akan mencicipi makananku, namun aku terhenyak karena isi makanan didalamnya sudah raib. Dalam benak ini berpikir “orang itu, pasti orang itu yang menghabiskan makananku” kulihat ia mengusap-usap perutnya dan menjilati jari-jarinya, tak salah lagi dia yang menghabiskan makananku. Seperti biasa senyuman sinis dan penuh berisi olok-olokan kuterima dari wajahnya. Aku hanya bisa diam dan bersabar dan berharap semoga Tuhan memberikan kebahagiaan untuknya.”

Hah, sebuah hari yang juga silam dan jauh, namun hatiku masih saja dengan dekat tak mampu menahan lekat segala kekesalan yang aku rasakan dan kesalahan yang dia perbuat, meskipun hati ini menaruh dendam, sudah kubulatkan tekad untuk memaafkan segala tingkahnya yang menyakitkan hati.

“9 juni 2007”

:Dengan penuh harap aku menempelkan karyaku dimajalah dinding kampus BSI, sebuah karya yang aku buat dengan susah payah, dengan harapan karyaku akan disukai dan dianggap baik oleh semua orang yang membacanya. Tak disangka tanpa sepengetahuanku dia telah merubah tanda tangan dan nama pembuat karya itu menjadi namanya, ia telah berhasil menjadikan seolah-olah apa yang aku buat tersebut adalah karya ciptaannya. Tentu saja orang-orang yang membacanya memuji dia, sedangkan aku yang dengan keringat membuatnya hanya bisa terpaku melihatnya tersenyum seolah-olah mengolok-olok diriku.

Hah, sebuah hari yang juga telah silam, meski hatiku masih saja tak mampu menahan segala kekesalan yang aku rasakan dan kesalahan yang dia perbuat, meskipun hati ini menaruh dendam, sudah kubulatkan tekad untuk memaafkan segala tingkahnya yang menyakitkan hati.

Tak terasa waktupun semakin bergulir, aku masih saja merenung sambil menarik nafas perlahan untuk menenangkan dan melupakan segala kejadian yang menyakitkan hati, serta dengan sepenuh hati berusaha memaafkan segala kesalahan yang ia perbuat kepadaku.

“krumpyang…!!”

Sebuah piring jatuh… aku terhenyak dan kaget, pandanganku tertuju tajam kearah bunyi piring yang jatuh. Ternyata dia pelakunya, seperti biasa dia hanya tertawa tanpa merasa bersalah dan membuat diriku menjadi semakin kesal dibuatnya. Perlahan ia berjalan dan menjauhiku, dengan melihatiku, tatapan yang tajam kearahku, dia hanya tersenyum sinis sembari pergi dan membuang muka.

Kulihat ia berjalan semakin menjauh dari pandangan, mungkin bermaksud menghindari kemarahanku. Perlahan-lahan ia semakin menjauh dari pandanganku, aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala sambil menahan emosi merasa diperlakukan seburuk-buruknya perlakuan kediktatorannya. kucing manis itupun terlihat semakin jauh dan semakin jauh…

Pandanganku untuk beberapa saat berpaling darinya, mataku menerawang jauh mencoba melupakan segala keburukan yang ia lakukan terhadapku, pikiranku mencoba untuk mengingat kebaikan-kebaikan yang telah ia berikan padaku, meskipun hampir tak ada sedikitpun kebaikan yang pernah ia lakukan bagiku. hanya kelucuan makluk kecil itu yang ada.

Mataku kini tertuju lagi kearah dimana ia berada sekarang, samar-samar dari kejauhan dengan ekspresi yang terlihat panik ia mencoba seolah-olah meminta tolong. Mataku semakin terfokus melihat apa yang tengah terjadi.
Ternyata tiga orang lelaki yang mencurigakan tengah menodongkan pisau kearahnya, ia hanya bisa terdiam sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Ketiga lelaki tersebut tampaknya menginginkan sesuatu dari dia, sudah kupastikan bahwa mereka menginginkan sesuatu seperti uang darinya. Dari balik pohon yang rindang aku menyaksikan kejadian itu, ia merogoh kantungnya dalam-dalam dan menunjukan kepada mereka bahwa kantungnya kosong. Ketiga lelaki itu tanpa ayal lagi memukul dia hingga tersungkur jatuh ketanah.

Aku dengan perasaan yang masih dendam terhadapnya tak mampu berbuat apa-apa, dengan tubuh kecil ini apa yang bisa aku perbuat ?. Lagipula ia selalu memnyakiti perasaanku, kini perasaanku berada antara dua ujung yang berbeda, rasa bahagia karena dendamku terbalaskan dan rasa bersalah karena tak mampu berbuat sesuatu untuk menyelamatkannya. Diriku berkecamuk, hatiku bimbang akan keadaan yang terjadi saat ini, perasaan untuk membiarkannya dipukuli hingga babak belur, atau perasaan untuk menyelamatkan dia.

Aku berdiri dari balik pohon, berpikir dalam kebingungan, kutatap memori dalam buku catatanku mengenai segala perbuatan yang ia lakukan terhadapku. Ingin sekali aku tertawa membiarkan dia dipukuli mereka. Ya… Akupun memutuskan untuk lari dari tempatku berdiri.
Aku melangkahkan kakiku selangkah lebih jauh dari arahnya, disitulah kata hatiku yang sebenarnya muncul kedasar luapan kebingungan dan mencuci bersih segala kebingungan itu.

“Mengapa, mengapa aku tak melakukannya?.”

Akupun melemparkan pena dan buku catatanku ketanah sembari berjalan perlahan dengan langkah gontai, dan semakin cepat kuberanikan diri untuk menolong temanku, seiring dengan langkah satu-satu yang semakin mendekat, seiring itu pula keberanianku menyusut. Meskipun begitu perasaan kata hatiku semakin membara, keinginanku untuk merubah dan memperbaiki kehidupanku di tahun ini serta dimasa-masa yang akan datang semakin menjadi-jadi.

Tanpa berpikir panjang, telunjuk kananku kuarahkan tepat kearah mereka ber tiga. Perlahan kedua orang dari mereka yang ukuran tubuhnya tentu saja lebih besar mereka daripada aku berjalan kearahku, dengan bengis tatapan mereka menyorot tajam. Seolah-olah mereka siap untuk mencabik-cabikku, memotong dan mengiris-iris tubuh ini hingga menjadi debu.

Aku dengan tubuh lunglai dan bergetar merogoh kantung celana dalam-dalam, mengeluarkan segala isi didalamnya, aku menyodorkan beberapa lembar uang kertas kepada mereka. Namun apa yang terjadi? Sebuah kepalan tangan mendarat dimukaku, aku pun jatuh tersungkur. Berselang daripada itu beberapa tendangan tiba menuju perut, dahi dan dagu. Akupun makin terbujur tak berdaya, hingga tak sadarkan diri.

Akupun tersadar kembali, dengan sisa-sisa tenaga yang masih kumiliki diriku mencoba untuk bangkit maju, menyelamatkan dirinya, menyelamatkan dirinya dan menyelamatkan dirinya. Akupun berhasil berdiri dan mengambil sebilah kayu yang berada tak jauh dari dekatku. Tanpa berpikir panjang dengan tangan bergetar aku memukulkan kayu ini tepat kearah kepala salah satu dari mereka, tak ayal lagi pukulanku lumayan keras sehingga membuat salah satu dari mereka itu terjatuh.

Namun lelaki berambut gondrong, menodongkan pisaunya kearahku, dengan rasa takut yang sangat berimbang dengan suara hati yang mengatakan bahwa aku harus menolongnya membuatku memberanikan diri dan berhasil memukul pipi salah satu dari dua orang yang masih berdiri, pukulanku berhasil, dari mulutnya keluar darah segar.

Namun kini tubuhku tiba-tiba terasa dingin. Perih disekujur tubuh kurasakan tatkala pisau itu telah menusuk keperutku. Hujanpun turun, para penjahat itu telah pergi, kini tinggal kami berdua terbujur kaku, aku dengan senyumanku melihat kearah dia yang terluka namun terlihat tampak masih lebih baik dibandingkan diriku, beberapa luka memar dan darah segar mengalir diwajahnya.

Darah dari tubuhku deras mengalir bercampur dengan derasnya guliran air hujan. Mungkin ini adalah akhir bagiku, namun ini adalah sebuah awal untuk menuju kehidupan yang lebih baik, kehidupan abadi dan tahun yang lebih baik dari tahun sebelumnya telah berhasil aku wujudkan…

Dia pun tersadar, terbangun dan memeluk tubuhku, kini tidak dengan senyuman sinisnya melainkan dengan tangis, tangis yang keluar dari suara hati terdalamnya. Dan aku kini bernapas untuk yang terakhir kalinya, dalam pelukannya, pelukan persahabatan yang keluar dari kata hatinya…

kawan,,bersabarlah,,

Sumber gambar : http://sapadunia.files.wordpress.com




Proyeksi Diri, 8 Mei 2018


Aku sadari, kesederhanaan selalu membuat sebuah kerumitan, seperti kesederhanaan dirimu yang membuat rumitnya gejolak perasaan untuk selalu mengagumimu. Seperti itulah hidup. Dan aku mendapati diri menjadi seorang yang percaya akan adanya Tuhan dan akhirat namun skeptis terhadap agama, agnostik yang sedang kebingungan mencari cahaya petunjuk dari ajaran yang namanya tertulis di KTP mayoritas orang Indonesia.
Aku lakukan setiap perintah ajaran itu bukan karena rasa takut terhadap neraka, walaupun sebenarnya aku takut. Karena neraka itu panas membakar, dan panas atau kalor adalah pergerakan partikel-partikel yang begitu cepat, saling menumbuk, serta acak. Partikel itu tentu tidak merasakan panas karena mereka yang bergerak untuk menghasilkan panas. Panas itu lemah karena memiliki pengecualian- tidak berlaku bagi partikel ataupun benda seukuran partikel. Kendatipun begitu tubuh manusia yang terdiri dari sangat banyak partikel dan berukuran sangat besar dibanding partikel itu sangat lemah dan hancur apabila terbakar. Pada akhirnya, manusia akan tunduk pada ketentuan Tuhan sang penguasa neraka.
Tunduk kepada ketakutan itu jauh dari keindahan, biarlah ketundukan kepada Tuhan muncul secara alami karena keindahan untuk memujinya. Keindahan untuk mesyukuri setiap penciptaan yang terdapat dalam setiap bagian kita. Bagian kita yang hanya terdiri secara kasar didunia dari 4 macam gaya. Yang mungkin lebih tepat disebut sepasang jenis saja, yakni tarik-menarik.
Dan sial telah melanda pikiran dan jiwaku. Karena ketakutan itu semakin merayap kedalam aliran darah. Menyebar seirama detakan jantung. Selama aku masih hidup, selama jantungku masih berdetak, mungkin selama itu pula tetap menyebar. Ketakutan itu adalah ketakutan tentang sesuatu yang memaksa aku untuk selalu menjadi bagian dirimu. Selalu memaksa, dan tarikannya begitu kuat.
Referensi gambar : http://img238.imageshack.us
Curahan Hati, 31 Januari 2010

Malam dimana saya merasa sangat kesulitan adalah setiap malam. Ya, setiap malam. Dan mungkin apabila kata malam itu diganti dengan hari, maka saya akan menjawabnya dengan setiap hari. Jika diganti dengan jam, maka saya akan menjawab setiap jam, dan terus akan begitu kendatipun kata itu diganti dengan satuan waktu yang lainya. Itu karena saya setiap waktu merasa kesulitan.

Mungkin hal-hal yang membuat saya merasa kesulitan disebabkan juga karena saya bukan seorang yang pintar alias bodoh. Saya tidak terlahir sebagai seseorang yang mudah untuk dapat mengerti sesuatu ataupun seseorang yang mempunyai bakat dan skill yang luar biasa. Hal ini terlihat ketika saya masih kanak-kanak, bahkan mungkin masih berlanjut hingga saat ini. Ketika kecil dahulu, orang lain yang seusia dengan saya begitu lincahnya bermain sepak bola dan mampu menendang bola dengan tepat, namun tidak dengan diri saya. Saya bahkan tidak mampu melakukan hal mudah seperti menendang dengan tepat di atas permukaan sebuah bola yang memiliki diameter beberapa kali lipat ukuran kaki mungil saya ketika masih kanak-kanak. Dan anehnya itu yang membuat saya menyukai Taekwondo, ya walaupun saat ini saya jarang latihan.

Beberapa kebodohan saya yang lain yang terlihat menonjol adalah saya sangat sulit dalam melakukan pengolahan angka berupa perhitungan, namun hal ini justru yang membuat saya ketika SMA dulu memilih jurusan IPA yang notabenenya paling banyak berurusan dengan hitung menghitung. Juga akhirnya untuk saat ini saya kuliah di jurusan Teknik Komputer BSI yang katanya merupakan anak dari jurusan matematika dan IPA. Dan saya menemukan banyak sekali hal yang membutuhkan kemampuan pengolahan angka didalam hidup saya. Saya merasa sangat kesulitan, namun akhirnya ternyata saya juga berhasil melewati segala macam kesulitan itu. Ya, walaupun tidak dengan hasil yang lebih baik daripada orang lain yang berada disekitar kehidupan saya, karena mungkin mereka tidak merasa kesulitan mengolah angka-angka.

Saya sangat sulit mengingat sesuatu, penyampaian hal secara lisan saya buruk, tidak mahir berorasi, sama sekali tidak bisa memainkan alat musik walaupun hanya sejenis saja alat musik, dan lain-lain. Sungguh begitu banyak sekali kebodohan-kebodohan didalam diri saya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu saking banyaknya.

Tapi kendatipun saya itu bodoh, namun saya sangat membenci kebodohan. Saya tidak ingin berlarut-larut dalam kebodohan itu. Maka dari itu saya belajar, meskipun saya menemukan kembali kesulitan yang lainnya, kesulitan itu adalah kesulitan belajar.

Sebetulnya saya tidak ingin mengalami segala macam kesulitan. Lalu dalam jangka waktu yang sangat lama akhirnya saya berusaha untuk mencari kemudahan. Saya mencari, terus mencari dan mencari kemudahan itu dengan berusaha semaksimal mungkin. Namun semua itu percuma, yang saya temui adalah kesulitan. Saya tidak pernah berhenti berusaha, saya tetap mencari dan akhirnya menemukan sebuah rahasia kehidupan. Dan Bravo!!.. akhirnya saya menemukan kemudahan.

Karena rahasia kehidupan yang telah saya temukan dengan bersusah payah berusaha itu, akhirnya saya tidak menemukan lagi kesulitan. Hmm, baiklah. Sekarang mari kita langsung saja ketitik permasalahannya.

Dalam tulisan ini saya ingin berbagi tentang sebuah rahasia kehidupan itu. Hmm, namun rahasia itu TIDAK AKAN SAYA BERITAHU SECARA GRATIS. Saya ingin anda membayarnya terlebih dahulu dan selanjutnya saya akan memberitahukannya kepada anda.

Jika anda tidak merasa tertarik, saya menyarankan kepada anda silahkan tidak usah melanjutkan untuk membaca tulisan saya ini. Karena berusaha membaca tulisan saya selanjutnya berikut ini hanya akan membuang-buang waktu bagi anda saja. Mohon maaf sebelumnya atas ketidak nyamanan ini.. salam.

———————————————————————————-

Terimakasih anda sudah merasa tertarik dan ingin berusaha mengetahui rahasia kehidupan yang telah saya temukan. Sahabat, saya tidak dapat berlari dari kesulitan, karena saya menyadari bahwa ternyata kesulitan itu tidak akan pernah berakhir. Maka dari itu saya harus tetap berusaha. Sampai akhirnya saya menyadari dan menemukan kemudahan, ternyata bakat didalam diri saya, dan kepintaran didalam diri saya adalah keinginan untuk selalu berusaha. Ya, berusaha..

Mungkin saya adalah seseorang yang bodoh, namun persetan dengan semua kebodohan itu. Karena saya memiliki “bakat dan kepintaran untuk selalu berusaha” kendatipun menemui banyak kegagalan didalam hidup ini. Sungguh, dengan berusaha menghadapi segala macam urusan yang kendatipun penuh dengan kesulitan, dan walaupun betapa banyak dan pahitnya semua kesulitan itu, Saya seorang Feri Kurniawan manusia yang bodoh, merasa menemukan banyak sekali kemudahan didalam hidup ini.

Dan Selamat…!, karena anda tak perlu khawatir dan repot-repot membayar saya untuk mendapatkan rahasia kehidupan itu, karena akhirnya anda telah menemukannya sendiri dengan berusaha untuk membaca tulisan saya hingga sejauh ini. Untuk selanjutnya, silahkan resapilah kalimat-kalimat Tuhan berikut ini saudaraku, resapilah dengan tetesan air mata kebahagiaan betapa maha bijaksananya Dia.. silahkan anda temukan rahasia kehidupan lain dibalik kalimat-kalimat berikut.

Atas nama Allah yang maha pengasih dan penyayang..

1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,

2. dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu

3. yang memberatkan punggungmu

4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu

5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

6. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain

8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

Maha benar Allah dengan segala firmannya.

(QS : Alam Nasyrah 1-8)

Sumber gambar : http://baiturrahmanvni.files.wordpress.com


Curahan Hati, 25 Januari 2010

Jasad ini adalah penjara, karena didalam jasad tempat ruh berada ini saya berada dalam keterbatasan. Salah satunya, tidak bisa terus-menerus beraktifitas karena memiliki banyak sekali kelemahan. Baik itu lemah karena merasa kelelahan ataupun merasa bosan atau hal lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu karena saking banyaknya. Namun sungguh, saya sepatutnya bersyukur, karena terlahir sebagai makhluk beruntung yang dapat merasakan juga segala keindahan yang telah Tuhan berikan untuk menjadi manusia lemah yang dalam batas-batas tertentu dapat pula melampaui batas.

Planet Bumi yang indah ini, yang betapapun sungguh luar biasa karena menjadi tempat kediaman kita semua sebagai makhluk hidup, ternyata adalah sebuah penjara bagi kita. Ya, bumi ini ibarat sebuah penjara. Penjara yang mengurung keseluruhan makhluk hidup didalamnya.

Betapapun canggihnya peradaban manusia, dan betapapun luar biasanya kekuatan yang dimiliki makhluk hidup terkuat di Planet Bumi ini, ternyata tak ada satupun yang mampu untuk hidup diluar angkasa. Sampai saat ini, kita masih belum dapat menemukan walau hanya sebuah tempat tinggal di luar angkasa yang mampu menyuplai kehidupan. Kita terkurung di sebuah planet didalam tata surya yang sungguh kecil. Sangat kecil, bahkan tidak lebih besar dari setitik debu apabila dibandingkan dengan jagad raya yang belum bisa diketahui sejauh mana batas ujungnya. Dan kita ternyata memang tidak ditakdirkan untuk mengetahui apalagi menapaki batas ujung jagad raya ini. Hukum alam telah membatasi kita semua, alam semesta ini mengembang dan segala sesuatu didalamnya semakin menjauh satu sama lainnya.

Saya hidup dengan segala sesuatu yang terbatas, dan batas utama yang membatasi itu adalah sesuatu yang memiliki dua sifat yang saling bertolak belakang, yakni sifat pasti dan tak pasti. Batas utama itu adalah kematian. Kematian itu pasti akan terjadi, namun tak pasti kapan akan terjadi.

Celakanya, hidup ini adalah penjara yang memenjarakan. Saya terpenjara didalam tempat yang luar bisa indah dan sungguhpun terbatas, akhirnya ternyata segala kenikmatan didalamnya telah mampu memenjarakan pikiran ini, melupakan kenyataan bahwa ternyata hidup ini hanya sebatas penjara yang terbatas.

Tak pernahkah kita sadari ?, bahwa ternyata hidup ini berada dalam batas-batas yang tak dapat diprediksi. Tuhan telah menggengam kita, betapa bagaimanapun hebatnya kita, rupawannya kita, cerdasnya kita, kuatnya kita dan lain sebaginya. Kita sama sekali tak berdaya. Sungguh tak berdaya.

Maka hanya satu pegangan kita yang pasti, yakni sang pencipta sendiri, Tuhan yang telah menciptakan kita. Tak perduli apabila kita telah berpegang kepada suatu kepastian Tuhan, maka segala kemungkinan yang tak pasti akan menjadi sesuatu yang pasti. Dan saya yakin, segala macam kepastian Tuhan adalah suatu kepastian yang indah. Sangat indah, karena disitulah letak keindahan yang dapat dirasakan oleh sifat ilahiah kita sebagai makhluk. Sungguh..

referensi gambar : http://paskalina.files.wordpress.com


Curahan Hati, 31 Januari 2010

Pagi yang seperti biasa, namun diliputi dengan dingin suhu yang tidak biasa. Pagi ini berliput embun dan tetesan air sisa hujan semalam. Daun-daun tampak hijau meneteskan tiap titik buliran air. Pandanganku ini aku tujukan keluar jendela, tepat kesebuah jajaran tanaman bunga matahari. Tampak diantara jajaran bunga itu seekor kupu-kupu, terselip diantara sela daun-daun bunga.

Kupu-kupu itu sepertinya layu karena terjebak air hujan semalam. Sungguh malang nasibnya, namun inilah dunia. Didalam dunia selalu ada warna-warni keindahan dengan urat warna mengerikan yang terselip didalamnya. Aku hanya menginginkan warna keindahan, namun tanpa adanya hal yang tidak indah, mustahil definisi keindahan itu berada dibenaku sekarang ini. Keindahan tidak akan pernah ada tanpa ada hal yang tidak indah sebagai lawannya. Kadang, tak ayal, semuanya membingungkan diriku. Ya, aku bingung dengan setiap keadaan itu. Ah… pikiranku tampaknya terlalu larut dalam kerumitan dualitas hukum alam yang berlaku di alam semesta ini.

Aku teringat akan efek kupu-kupu (Butterfly effect) yakni sebuah istilah dalam teori chaos. Pada Tahun 1961 Edward Norton Lorenz, seorang peneliti meteorologi telah menemukan bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brazil dapat menghasilkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian. Hanya sedikit perubahan pada kondisi awal, seperti kepakan sayap kupu-kupu dapat mengubah secara drastis kelakuan sistem pada jangka panjang. Dan aku menemukan sebuah rahasia keindahan Tuhan yang lain.

Efek kupu-kupu mengandung arti bahwa perbuatan kecil dalam hidup ini sebagai kepakan sayap kupu-kupu dapat berarti besar dalam sejarah dunia yang dalam hal ini bertindak sebagai angin tornado. Tiap hal yang dilakukan manusia di dunia akan berpengaruh besar dalam sejarah dunia walaupun hal itu sering dianggap remeh. Aku sendiri tak tahu mengapa aku berada di kondisi yang aku miliki seperti sekarang. Tentu saja peristiwa lalu yang besar maupun kecil lah yang menyebabkan semua ini terjadi. Semua sejarah yang terjadi di dunia ini merupakan kombinasi acak dari seluruh perbuatan yang dilakukan manusia. Masing-masing manusia berkontribusi pada sejarah dunia. Jadi, sebenarnya hidup dalam dunia itu sangat penuh akan pintu-pintu kemungkinan. Peristiwa sekecil apapun dapat membuka sebuah pintu sejarah dan menutup pintu lainnya. Sejarah dunia hanya mencatat satu-persatu pintu-pintu yang dilewatinya.

Dan kupu-kupu itu membuat terbersit dipikiranku sesosok bait-bait yang melantunkan irama detakan nadi emosi aku dahulu, dahulu ketika itu karena waktu telah bergerak terus maju hingga mencapai saat ini. Dan saat ini aku terhanyut dalam buaian perasaan kembali, perasaan yang telah berlalu itu, sangat kuat, begitu kuat. Sebab tampaknya kekuatan itu adalah suatu kekuatan yang menjadi pijakan pemberi alasan mengapa aku hidup didunia ini, aku yakin itu. Meski mungkin kenyataannya kekuatan kuat itu sangat kecil berdampak dalam kehidupan, namun dampak sekecil apapun merubah kearah dampak yang sangat berbeda, drastis, dramatis.

*

Mati, mungkin sebuah kata yang menggambarkan keadaan suatu makhluk yang jasadnya telah ditinggal oleh ruhnya. Apabila aku gambarkan cinta didalam diri ini sebagai ruh, maka aku mendapatkan bahwa ruh itu telah kehilangan jasadnya. Namun esensi cinta itu tetap ada, karena ruh itu kekal meski jasadnya telah mengurai sejak dahulu.

Aku berbicara tentang mati, sebab mati itu telah melanda kupu-kupu yang kini berada diatas genggaman tanganku ini. Aku terlambat menyelamatkan kupu-kupu malang itu. Dan akupun tak tahu harus berbuat apa untuk menyelamatkan kupu-kupu yang walaupun tetap hidup, namun mustahil dapat terbang lagi karena sayapnya telah basah dan sedikit terkoyak disapu rintik hujan. Takdir telah berkata meski menyakitkan. Kupu-kupu itu kaku, bisu, seperti saat aku menatap gadis cinta itu dari kejauhan. Dan telah terlambat, sebab karena kini sang gadis cinta itu telah dimiliki oleh orang lain. Dan aku tak mampu lagi untuk menatapnya. Tusukan perasaan perih terlalu menyakitkan dan tajam dibandingkan keindahan saat aku menatapnya dengan tajam.

Kini yang hidup adalah semangat dan ruh dihatiku ini, ruh sebagai gambaran aku tentang cinta. Maka bersama linangan air mata yang pernah aku tetesakan. Aku telah bertekad untuk membuat ruh cinta ini tersenyum, meski kini mungkin aku tak akan pernah bisa untuk dapat tersenyum karena dia sang gadis cinta. Ah, cinta memang tak hadir untuk dapat saling memiliki. Dan itulah persetannya cinta. Cinta bagaikan pembunuh yang menikam perih dengan pisau beracun kebahagiaan didalamnya, racun itu perlahan membunuh secara menyakitkan.

Dan sungguh aku telah menjadi seorang pesimis yang gila. Aku menatap kupu-kupu itu, sembari bertanya. Apakah seekor kupu-kupu dapat merasakan cinta?. Dan aku berharap, semoga pabila kupu-kupu itu memiliki cinta, maka cinta yang ia miliki tidak seperti nasib malang cinta yang aku punya. Aku begitu pesimis karena serasa menjadi seekor ulat bulu. Kemalangan menimpa diriku. Aku hidup sebagai seseorang yang tak berguna. Seperti hama yang merusak setiap pucuk daun-daun muda, bunga-bunga indah yang mekar ataupun diatas buah yang akan tumbuh. Dan aku ragu akan mampu menjadi seekor kupu-kupu. Aku tak berani untuk berubah menjalani berbagai macam perubahan yang telah terjadi. Meski perubahan itu menjadi makhluk cantik bernama kupu-kupu. Sebab aku tahu, kupu-kupu itu walau dengan kelopak elok sayapnya mengepak sehingga terbang melewati pucuk pohon jeruk untuk mencari manisnya saripati madu. Namun pada akhirnya mati tersapu air hujan, terhimpit kedinginan dideretan tanaman bunga matahari. Sendiri terkapar dan layu diantara deretan keindahan gemerlap warna terang dan keceriaan bunga matahari dikala sinar mentari muncul malu-malu dari ufuk timur pagi.

indah nian,,


Motivasi, 31 Januari 2010

Sebagai seorang yang bergelut di bidang IT (mahasiswa ilmu komputer) telinga saya sering mendengar istilah “bahasa tingkat tinggi”. Tahukah kawan apa itu bahasa tingkat tinggi?, bahasa tingkat tinggi adalah sebutan dikalangan kami bagi suatu bahasa pemrograman yang bentuk sintaksnya mendekati bahasa manusia, tentu saja hal itu menjadikan bahasa pemrograman tersebut lebih mudah untuk dapat dimengerti dan dipahami karena terdiri dari bahasa manusia didalam kehidupan sehari-hari, bukan dalam bentuk bahasa mesin yang terdiri dari bilangan-bilangan biner, deretan perpaduan angka 0 dan 1. Dan saya tidak akan membahas panjang lebar tentang bahasa pemrograman karena sedang pusing dengan tugas-tugas mata kuliah yang sering berhubungan dengan hal yang seperti itu.

Saya sangat menyukai bentuk istilah seperti ini, bahasa itu menjadi disebut dengan bahasa tingkat tinggi bukan karena bahasa yang kompleks, sulit dimengerti dan hanya dimengerti oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan dan intelegensi tinggi walaupun sejatinya terlihat sangat keren. Tapi justru akan menjadi lebih keren suatu bahasa itu cenderung lebih ke arah sederhana, lebih mudah untuk dapat dipahami sekalipun oleh orang-orang yang awam, dapat dinikmati semua kalangan -memasyarakat.

Bagi saya pribadi, kecerdasan dalam berbahasa sesungguhnya bukan terletak dalam seberapa kompleks dan rumitnya bahasa itu, tetapi lebih kepada sejauh mana suatu bahasa itu dapat menjadi sederhana meskipun apa muatan isi dan makna yang terkandung didalamnya begitu kompleks. Menjadikan suatu bahasa itu menjadi suatu bahasa yang mudah untuk dimengerti oleh setiap orang lebih sulit daripada membuat suatu bahasa yang kompleks. Bila digeneralisasi lebih jauh lagi dapat ditarik kesimpulan, membuat sesuatu yang sederhana lebih sulit daripada membuat sesuatu yang kompleks. Sesuatu yang sederhana lebih jauh bernilai daripada sesuatu yang kompleks.

Celakanya kecenderungan saya untuk membuat suatu yang sederhana adalah sulit sekali dibandingkan dengan membuat sesuatu yang rumit. Kerumitan sesungguhnya justru saya dapatkan ketika saya mencoba mengkonversikan sesuatu yang rumit dan kompleks menjadi sesuatu yang sederhana. Kadang menjelaskan isi didalam pikiran kepada orang lain agar dapat mudah dipahami, menjadi suatu hal yang sulit dilakukan oleh saya. Inilah tantangan bagi saya. Salah satu cita-cita saya adalah ingin menjadi seorang guru yang dapat menjelaskan berbagai macam ilmu pengetahuan yang rumit menjadi dapat dimengerti oleh semua murid yang saya beri pengajaran. Akan sangat bahagia apabila suatu saat nanti saya dapat membuat suatu penjelasan yang benar-benar membuat penerangan yang “terang” kepada murid saya apabila saya menjadi gurunya. Akan sangat menjadi bermakna, apabila setiap makna bisa ditransfer menjadi lebih bermakna. Dan itulah sebesar-besarnya manfaat apabila makna itu dapat diubah menjadi suatu kehidupan yang bermakna.

Saya menemukan suatu hal untuk mencapai suatu kesederhanaan, yakni ketika saya dapat memahami apa itu sesuatu yang rumit, menyelaminya dengan berbagai macam kerumitan dan akhirnya kesederhanaan itu muncul dengan sendirinya dibalik kekompleksan dan segala kerumitan yang ada disitu. Yup, segala kerumitan itu ketika telah dipahami dan dikaji ternyata akan disadari telah berubah menjadi suatu hal yang sederhana. Mungkinkah ini berarti Tuhan ternyata membuat alam semesta yang kompleks dan rumit ini sesungguhnya dalam bentuk yang sangat sederhana?

Minggu 31 januari 2010, Menulis sembari mendengar gesekan alunan saxsophone nya Kenny G. Tertegun kagum dengan seorang Einstein yang bisa membuat sesuatu kerumitan alam semesta ini menjadi sebuah bahasa formula sederhana e=mc^2.

credit ilustrasi: http://bungakehidupan.files.wordpress.com


Renungan, 4 Januari 2010

Dengan nafas satu-satu, dengan detakan jantung satu-satu, dan ketukan jari-jari tangan satu-satu kedagu.

Nafas satu-satu menghirup udara, dan udara itu ada meski terlihat seperti tak ada. Namun saya merasakan kehampaan. Bukan kehampaan didalam paru-paru, tetapi kehampaan didalam jiwa. Sudah sejauh mana saya melangkah maju, sudah sejauh mana saya berpijak, kini ternyata masih belum sesuai dengan apa yang saya angan-angankan dahulu. Kesia-siaan masih saja sering saya lakukan. Sungguh awal tahun yang diliputi penyesalan. Penyesalan selalu datang di akhir, dan akhir selalu menjadi sebuah awal yang baru. Tahun ini harus menjadi awal baru, awal segala macam kebaikan tentunya. Dan yang saya inginkan pula menjadi suatu akhir dari berbagai macam keburukan didalam diri ini. Walaupun secara idealnya itu tidak akan pernah dapat terjadi, mengingat saya adalah seorang manusia biasa. Manusia itu tempatnya salah dan lupa.

Malam ini renungan kembali menelusup jauh-jauh kedalam pikiran bodoh ini, dan kecerdasan didalamnya membuyar. Itu dapat saya rasakan karena saya merasa menjadi orang yang bodoh. Merasa bodoh artinya adalah sekarang telah menjadi lebih pintar daripada yang lalu. Menyadari akan kebodohan diri, berarti mengetahui suatu pengetahuan yang baru. Dengan kata lain dengan merasa bodoh saya telah menjadi pintar. Ya, menjadi pintar setidaknya untuk saat ini apabila dibandingkan dengan saat yang telah lalu. Maka sebelumnya dengan jujur saya mengatakan kepada kalian, saya bukanlah seseorang yang cerdas. Uh, walaupun dari buku tentang Kecerdasan Buatan suatu mesin komputer yang saya dapat pahami, ternyata pengertian dan devinisi suatu kecerdasan itu secara filosofis berada jauh kedalam, kepelosok pikiran dan sulit terdevinisikan sehingga sebenarnya pengertian tentang devinisi kecerdasan itu merupakan sesuatu yang bias, akan tergantung dari sudut filosofis mana kita memandangnya. Beruntung Alan Turing pada tahun 1950 mengajukan pengujian yang dinamakan Uji Turing yang akhirnya dapat mengevaluasi perilaku kecerdasan sebuah mesin.

Dan mohon maaf, karena tampaknya saya sudah terlalu jauh berbicara tentang ilmu komputer sehingga membuat tulisan ini kurang nyaman untuk dapat dinikmati oleh setiap kalangan. Mohon dimaafkan apabila membuat tulisan ini semakin menjadi bertambah rumit.

Setiap aliran waktu yang telah terlewati tak akan pernah diulang kembali, sama seperti energi dari hasil pemecahan karbohidrat, lemak dan protein dari pencernaan yang berbaur dengan oksigen dari pernafasan, yang kesemuanya itu mengalir pula keseluruh aliran darah. Energi itu terpakai dan mengalir, sampai akhirnya satu-satunya alasan untuk berhenti mengalir adalah karena kematian. Mungkin pada saat kematian itu kehidupan ini telah berakhir, namun seperti yang saya katakan diawal, akhir itu selalu menjadi sebuah awal yang baru. Sayangnya kita seringkali lupa dengan energi yang mengalir didalam tubuh kita, kita juga lupa akan waktu yang terus mengalir dan terus mengalir.

Ini adalah nyata, baru saja saya membaca sebuah artikel yang membahas tentang lampu dengan tenaga darah manusia yang ditemukan oleh Mike Thomspon. Cara kerjanya adalah dengan menggunakan Luminol, yakni senyawa kimia yang digunakan ilmu forensik untuk mendeteksi keberadaan darah pada Tempat kejadian perkara (TKP). Luminol bereaksi dengan besi (ferum) pada sel darah merah dan membuat terang berwarna biru. Untuk membuat lampu menyala kita harus meneteskan darah terlebih dahulu. Lampu seperti itu disamping hanya dapat digunakan sekali saja, juga kita akan berfikir dua kali untuk menyalakan lampu tersebut. Siapasih yang rela menghambur-hamburkan darahnya untuk menyalakan sebuah lampu?.

Kisah lampu berbahan bakar darah manusia itu menjadi bahan renungan tentang sebuah persepsi energi didalam aliran darah manusia. Asal-usul energi yang menunjang kehidupan ini adalah sesuatu yang sangat mahal. Ini seharusnya membuat saya berfikir ulang bahwa betapa berharganya energi itu, bahwa seringkali terjadi pemborosan energi didalam kehidupan ini. Energi akan dikatakan menjadi boros apabila tidak digunakan secara efisien. Apa yang telah saya lakukan selama ini, hal-hal apa saja yang saya isi didalam kehidupan kebanyakan adalah suatu pemborosan energi. Saya sangat menyesali semua itu, saya telah lupa bahwa semua itu akan dipertanggung jawabkan kelak. Sejauh mana pencapaian suatu kesuksesan yang saya lakukan tidak seimbang dengan energi yang telah saya habiskan :( .

Wahai Tuhan, dengan renungan ini semoga saya dan para pembaca tulisan ini bisa menjadi makhluk yang sadar akan berharganya setiap kedipan dan gerakan, mensyukuri setiap anugrah yang Engkau berikan didalam kehidupan ini. Jadikan kami makhluk yang Selalu berusaha untuk mengefisienkan setiap energi dan waktu yang engkau berikan menjadi konversi amal kebaikan dan jalan yang diridhoiMu. Selalu sadarkan kami Tuhan, bahwa terlalu banyak kelakuan yang menjauh dari rasa syukur terhadapMu. Maka jauhkan kami dari semua keburukan dan dekatkanlah kami ditahun ini, dekatkan kami disaat yang akan datang, dekatkan kedalam naungan curahan kebaikan. Dan Banyak kebaikan. Sungguh saya berharap, Sungguh, Dan sungguh.

Semoga

Proyeksi Diri, 31 Januari 2010

Akhirnya saya telah menyelesaikan Ujian untuk yang terakhir di BINA SARANA INFORMATIKA. Dan semoga hari ini adalah Ujian terakhir yang saya lalui, tak akan lagi ada ujian karena besok bukan lagi bernama Ujian, tetapi sudah masuk ke penentuan pilihan hidup.

Ada kelegaan yang melapangkan dada. Tetapi ada juga banyak ketakutan yang menghampiri didepan mata. Bukan hanya masalah ketakutan, ini adalah masalah kepuasan dan harga diri. Walaupun bukan harga mati tetapi ini adalah suatu kedaan besar yang akan sebentar lagi harus aku mampu lalui. Keinginan untuk dapat membanggakan orang tua, ya hanya itu saja. Membuat orangtua bangga, tersenyum lepas melihat anaknya diwisuda dan segera memperoleh pekerjaan untuk dapat hidup mandiri.

Kedua orangtuaku, Ayah dan Ibu. Ibu yang terbaik didunia yang aku miliki dan ayah paling hebat sedunia. Tak berlebihan aku menyebut kalianlah orangtua terbaik sedunia. Semua itu, cinta dan kasih sayang kalian yang telah diberikan kepadaku sungguh tak akan pernah mampu aku balas walau aku mencoba membalasnya seumur hidupku, karena seluruh kehidupanku ini adalah juga atas semua kasih sayang yang telah kalian berikan.

Ayah dan ibuku, Kepuasan didalam bathinku atas apa yang kini aku persembahkan kepada kalian sangat belum membuatku lega. Sampai saat ini dan detik ini nafasku disini masih berasal juga dari jerih payah kalian. Aku masih belum bisa membuat ayah dan ibu dapat lega tanpa memikirkan dan melepas aku untuk dapat hidup sendiri dan mandiri. Aku masih belum juga dapat hidup tanpa tanggungan kalian berdua. Sungguh aku sebenarnya malu.

Kemaluanku makin hari semakin bertambah besar, dan aku harus semakin semangat untuk bekerja keras mencapai apa yang aku ingin capai. Dengan senang hati aku akan melakukannya. Namun kesulitan yang tetap berada menghalangi langkahku ini adalah ada didalam diriku sendiri. Rasa malas, kepribadaian yang buruk dan segala perangai yang buruk didalam diriku. Sungguh sulit sekali terlepas dari masalah didalam diri ini. Huh. Mungkin ini berarti aku masih juga belum bisa hidup mandiri, masih juga belum beranjak dewasa. Masih belum mampu untuk membuka mata sepenuhnya. Dan memang seperti itulah pandanganku didepanku ini, jalan didepanku yang aku pandang masih terlihat gelap. Ayah dan Ibu, maafkan aku yang telah mengecewakan kalian…

Strategi saat ini adalah aku harus mencapai target dan cita-cita. Yup, karena dengan cara itulah aku yakin apabila apa yang aku cita-citakan tercapai maka apa yang orangtuaku cita-citakan juga tercapai. Karena aku tahu dari setiap binar mata kesejukan yang dipancarkan saat aku memandang wajah hangat mereka, cita-cita mereka hanyalah ingin melihat aku dapat hidup bahagia didunia ini. Tuhan, aku tahu Engkau maha mengetahui meskipun aku tak menuliskan isi pikiran dan keinginannku ini, aku tahu Engkau mengetahui bahwa kebahagiaan hamba adalah bisa membahagiakan mereka. Tuhan, aku memohon kepadaMu, beri aku kekuatan untuk mencapai semua cita-cita yang aku inginkan, jadikan hamba anak yang bisa berbakti kepada kedua orang tua, juga jadikan hamba manusia yang selalu berserah diri kepadaMu…

amin,,

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.

Pages

Profil

Foto saya
Jakarta, jakarta selatan, Indonesia
Remaja. Tinggal di Jakarta. Sedang berusaha menemukan jawaban dari "Siapa saya?". Mencintai binar mata kanak-kanak, langit senja, aroma tanah basah, gelembung sabun, cokelat panas, tertawa keras-keras, dan berpelukan. Tergila-gila pada blog, humor, dan segala jenis buku. Teman yang menyenangkan dan menyebalkan, tergantung suasana hati. Baginya, menulis adalah terapi sekaligus sarana pencarian jati diri. Jadi, jangan tertipu oleh tulisan. Sapa dia jika bertemu di jalan, karena dia akan menyapa balik. Tapi jangan coba-coba menginjak kakinya di dalam angkot, atau menghembuskan asap rokok tepat di mukanya.

Followers

Total Tayangan Halaman

Popular Posts

Blog Archive