Sabtu, 30 Januari 2010




Proyeksi Diri, 8 Mei 2018


Aku sadari, kesederhanaan selalu membuat sebuah kerumitan, seperti kesederhanaan dirimu yang membuat rumitnya gejolak perasaan untuk selalu mengagumimu. Seperti itulah hidup. Dan aku mendapati diri menjadi seorang yang percaya akan adanya Tuhan dan akhirat namun skeptis terhadap agama, agnostik yang sedang kebingungan mencari cahaya petunjuk dari ajaran yang namanya tertulis di KTP mayoritas orang Indonesia.
Aku lakukan setiap perintah ajaran itu bukan karena rasa takut terhadap neraka, walaupun sebenarnya aku takut. Karena neraka itu panas membakar, dan panas atau kalor adalah pergerakan partikel-partikel yang begitu cepat, saling menumbuk, serta acak. Partikel itu tentu tidak merasakan panas karena mereka yang bergerak untuk menghasilkan panas. Panas itu lemah karena memiliki pengecualian- tidak berlaku bagi partikel ataupun benda seukuran partikel. Kendatipun begitu tubuh manusia yang terdiri dari sangat banyak partikel dan berukuran sangat besar dibanding partikel itu sangat lemah dan hancur apabila terbakar. Pada akhirnya, manusia akan tunduk pada ketentuan Tuhan sang penguasa neraka.
Tunduk kepada ketakutan itu jauh dari keindahan, biarlah ketundukan kepada Tuhan muncul secara alami karena keindahan untuk memujinya. Keindahan untuk mesyukuri setiap penciptaan yang terdapat dalam setiap bagian kita. Bagian kita yang hanya terdiri secara kasar didunia dari 4 macam gaya. Yang mungkin lebih tepat disebut sepasang jenis saja, yakni tarik-menarik.
Dan sial telah melanda pikiran dan jiwaku. Karena ketakutan itu semakin merayap kedalam aliran darah. Menyebar seirama detakan jantung. Selama aku masih hidup, selama jantungku masih berdetak, mungkin selama itu pula tetap menyebar. Ketakutan itu adalah ketakutan tentang sesuatu yang memaksa aku untuk selalu menjadi bagian dirimu. Selalu memaksa, dan tarikannya begitu kuat.
Referensi gambar : http://img238.imageshack.us

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.

Pages

Profil

Foto saya
Jakarta, jakarta selatan, Indonesia
Remaja. Tinggal di Jakarta. Sedang berusaha menemukan jawaban dari "Siapa saya?". Mencintai binar mata kanak-kanak, langit senja, aroma tanah basah, gelembung sabun, cokelat panas, tertawa keras-keras, dan berpelukan. Tergila-gila pada blog, humor, dan segala jenis buku. Teman yang menyenangkan dan menyebalkan, tergantung suasana hati. Baginya, menulis adalah terapi sekaligus sarana pencarian jati diri. Jadi, jangan tertipu oleh tulisan. Sapa dia jika bertemu di jalan, karena dia akan menyapa balik. Tapi jangan coba-coba menginjak kakinya di dalam angkot, atau menghembuskan asap rokok tepat di mukanya.

Followers

Total Tayangan Halaman

Popular Posts

Blog Archive