Sabtu, 30 Januari 2010

Proyeksi Diri, 31 Januari 2010

Akhirnya saya telah menyelesaikan Ujian untuk yang terakhir di BINA SARANA INFORMATIKA. Dan semoga hari ini adalah Ujian terakhir yang saya lalui, tak akan lagi ada ujian karena besok bukan lagi bernama Ujian, tetapi sudah masuk ke penentuan pilihan hidup.

Ada kelegaan yang melapangkan dada. Tetapi ada juga banyak ketakutan yang menghampiri didepan mata. Bukan hanya masalah ketakutan, ini adalah masalah kepuasan dan harga diri. Walaupun bukan harga mati tetapi ini adalah suatu kedaan besar yang akan sebentar lagi harus aku mampu lalui. Keinginan untuk dapat membanggakan orang tua, ya hanya itu saja. Membuat orangtua bangga, tersenyum lepas melihat anaknya diwisuda dan segera memperoleh pekerjaan untuk dapat hidup mandiri.

Kedua orangtuaku, Ayah dan Ibu. Ibu yang terbaik didunia yang aku miliki dan ayah paling hebat sedunia. Tak berlebihan aku menyebut kalianlah orangtua terbaik sedunia. Semua itu, cinta dan kasih sayang kalian yang telah diberikan kepadaku sungguh tak akan pernah mampu aku balas walau aku mencoba membalasnya seumur hidupku, karena seluruh kehidupanku ini adalah juga atas semua kasih sayang yang telah kalian berikan.

Ayah dan ibuku, Kepuasan didalam bathinku atas apa yang kini aku persembahkan kepada kalian sangat belum membuatku lega. Sampai saat ini dan detik ini nafasku disini masih berasal juga dari jerih payah kalian. Aku masih belum bisa membuat ayah dan ibu dapat lega tanpa memikirkan dan melepas aku untuk dapat hidup sendiri dan mandiri. Aku masih belum juga dapat hidup tanpa tanggungan kalian berdua. Sungguh aku sebenarnya malu.

Kemaluanku makin hari semakin bertambah besar, dan aku harus semakin semangat untuk bekerja keras mencapai apa yang aku ingin capai. Dengan senang hati aku akan melakukannya. Namun kesulitan yang tetap berada menghalangi langkahku ini adalah ada didalam diriku sendiri. Rasa malas, kepribadaian yang buruk dan segala perangai yang buruk didalam diriku. Sungguh sulit sekali terlepas dari masalah didalam diri ini. Huh. Mungkin ini berarti aku masih juga belum bisa hidup mandiri, masih juga belum beranjak dewasa. Masih belum mampu untuk membuka mata sepenuhnya. Dan memang seperti itulah pandanganku didepanku ini, jalan didepanku yang aku pandang masih terlihat gelap. Ayah dan Ibu, maafkan aku yang telah mengecewakan kalian…

Strategi saat ini adalah aku harus mencapai target dan cita-cita. Yup, karena dengan cara itulah aku yakin apabila apa yang aku cita-citakan tercapai maka apa yang orangtuaku cita-citakan juga tercapai. Karena aku tahu dari setiap binar mata kesejukan yang dipancarkan saat aku memandang wajah hangat mereka, cita-cita mereka hanyalah ingin melihat aku dapat hidup bahagia didunia ini. Tuhan, aku tahu Engkau maha mengetahui meskipun aku tak menuliskan isi pikiran dan keinginannku ini, aku tahu Engkau mengetahui bahwa kebahagiaan hamba adalah bisa membahagiakan mereka. Tuhan, aku memohon kepadaMu, beri aku kekuatan untuk mencapai semua cita-cita yang aku inginkan, jadikan hamba anak yang bisa berbakti kepada kedua orang tua, juga jadikan hamba manusia yang selalu berserah diri kepadaMu…

amin,,

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.

Pages

Profil

Foto saya
Jakarta, jakarta selatan, Indonesia
Remaja. Tinggal di Jakarta. Sedang berusaha menemukan jawaban dari "Siapa saya?". Mencintai binar mata kanak-kanak, langit senja, aroma tanah basah, gelembung sabun, cokelat panas, tertawa keras-keras, dan berpelukan. Tergila-gila pada blog, humor, dan segala jenis buku. Teman yang menyenangkan dan menyebalkan, tergantung suasana hati. Baginya, menulis adalah terapi sekaligus sarana pencarian jati diri. Jadi, jangan tertipu oleh tulisan. Sapa dia jika bertemu di jalan, karena dia akan menyapa balik. Tapi jangan coba-coba menginjak kakinya di dalam angkot, atau menghembuskan asap rokok tepat di mukanya.

Followers

Total Tayangan Halaman

Popular Posts

Blog Archive