Motivasi, 31 Januari 2010
Sebagai seorang yang bergelut di bidang IT (mahasiswa ilmu komputer) telinga saya sering mendengar istilah “bahasa tingkat tinggi”. Tahukah kawan apa itu bahasa tingkat tinggi?, bahasa tingkat tinggi adalah sebutan dikalangan kami bagi suatu bahasa pemrograman yang bentuk sintaksnya mendekati bahasa manusia, tentu saja hal itu menjadikan bahasa pemrograman tersebut lebih mudah untuk dapat dimengerti dan dipahami karena terdiri dari bahasa manusia didalam kehidupan sehari-hari, bukan dalam bentuk bahasa mesin yang terdiri dari bilangan-bilangan biner, deretan perpaduan angka 0 dan 1. Dan saya tidak akan membahas panjang lebar tentang bahasa pemrograman karena sedang pusing dengan tugas-tugas mata kuliah yang sering berhubungan dengan hal yang seperti itu.
Saya sangat menyukai bentuk istilah seperti ini, bahasa itu menjadi disebut dengan bahasa tingkat tinggi bukan karena bahasa yang kompleks, sulit dimengerti dan hanya dimengerti oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan dan intelegensi tinggi walaupun sejatinya terlihat sangat keren. Tapi justru akan menjadi lebih keren suatu bahasa itu cenderung lebih ke arah sederhana, lebih mudah untuk dapat dipahami sekalipun oleh orang-orang yang awam, dapat dinikmati semua kalangan -memasyarakat.
Bagi saya pribadi, kecerdasan dalam berbahasa sesungguhnya bukan terletak dalam seberapa kompleks dan rumitnya bahasa itu, tetapi lebih kepada sejauh mana suatu bahasa itu dapat menjadi sederhana meskipun apa muatan isi dan makna yang terkandung didalamnya begitu kompleks. Menjadikan suatu bahasa itu menjadi suatu bahasa yang mudah untuk dimengerti oleh setiap orang lebih sulit daripada membuat suatu bahasa yang kompleks. Bila digeneralisasi lebih jauh lagi dapat ditarik kesimpulan, membuat sesuatu yang sederhana lebih sulit daripada membuat sesuatu yang kompleks. Sesuatu yang sederhana lebih jauh bernilai daripada sesuatu yang kompleks.
Celakanya kecenderungan saya untuk membuat suatu yang sederhana adalah sulit sekali dibandingkan dengan membuat sesuatu yang rumit. Kerumitan sesungguhnya justru saya dapatkan ketika saya mencoba mengkonversikan sesuatu yang rumit dan kompleks menjadi sesuatu yang sederhana. Kadang menjelaskan isi didalam pikiran kepada orang lain agar dapat mudah dipahami, menjadi suatu hal yang sulit dilakukan oleh saya. Inilah tantangan bagi saya. Salah satu cita-cita saya adalah ingin menjadi seorang guru yang dapat menjelaskan berbagai macam ilmu pengetahuan yang rumit menjadi dapat dimengerti oleh semua murid yang saya beri pengajaran. Akan sangat bahagia apabila suatu saat nanti saya dapat membuat suatu penjelasan yang benar-benar membuat penerangan yang “terang” kepada murid saya apabila saya menjadi gurunya. Akan sangat menjadi bermakna, apabila setiap makna bisa ditransfer menjadi lebih bermakna. Dan itulah sebesar-besarnya manfaat apabila makna itu dapat diubah menjadi suatu kehidupan yang bermakna.
Saya menemukan suatu hal untuk mencapai suatu kesederhanaan, yakni ketika saya dapat memahami apa itu sesuatu yang rumit, menyelaminya dengan berbagai macam kerumitan dan akhirnya kesederhanaan itu muncul dengan sendirinya dibalik kekompleksan dan segala kerumitan yang ada disitu. Yup, segala kerumitan itu ketika telah dipahami dan dikaji ternyata akan disadari telah berubah menjadi suatu hal yang sederhana. Mungkinkah ini berarti Tuhan ternyata membuat alam semesta yang kompleks dan rumit ini sesungguhnya dalam bentuk yang sangat sederhana?
Minggu 31 januari 2010, Menulis sembari mendengar gesekan alunan saxsophone nya Kenny G. Tertegun kagum dengan seorang Einstein yang bisa membuat sesuatu kerumitan alam semesta ini menjadi sebuah bahasa formula sederhana e=mc^2.
credit ilustrasi: http://bungakehidupan.files.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar